Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Artikel kali ini akan menjelaskan tentang Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sambutan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama, dan selama itu pulalah bangsa Indonesia mengalami penderitaan. Akibat penderitaan pada masa penjajahan tersebut mendorong timbulnya semangat untuk melepaskan diri dari penjajah.
Namun usaha untuk memperoleh kemerdekaan tersebut ternyata tidak mudah dan harus melalui berbagai rintangan dan peristiwa sejarah yang perlu dicatat dan menjadi pelajaran bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata tidak hanya cukup dengan pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi melalui berbagai tahapan dan peristiwa yang memperkokoh terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Proses yang perlu dilalui bagi terbentuknya negara antara lain Pembentukan Kelengkapan Pemerintahan, Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara, dan lain-lain.
Pada pertemuan di Saigon (Vietnam) tanggal 11 Agustus 1945 pukul 11.40 waktu setempat kepada para pemimpin bangsa Indonesia (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman Wediodiningrat), Jenderal Besar Terauchi menyampaikan hal-hal berikut.
Perundinganperundingan diadakan di antara para pemuda dengan tokoh-tokoh tua, maupun di antara para pemuda sendiri. Walaupun demikian, di antara tokoh pemuda dengan golongan tua sering terjadi perbedaan pendapat, akibatnya terjadilah “Peristiwa Rengasdengklok”.
Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda ke Rengasdengklok, kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang, tempat kedudukan cudan (kompi) tentara Peta.
Tujuan peristiwa ini dilatarbelakangi oleh keinginan pemuda yang mendesak golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Setelah melalui perdebatan dan di tengah-tengahi Ahmad Soebardjo, menjelang malam hari, kedua tokoh itu akhirnya kembali ke Jakarta.
Rombongan Soekarno–Hatta sampai di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 23.00 WIB). Soekarno Hatta setelah singgah di rumah masing masing, kemudian bersama rombongan lainnya menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. (tempat Ahmad Soebardjo bekerja) untuk merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Malam itu juga segera diadakan musyawarah. Tokoh tokoh yang hadir saat itu ialah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, para anggota PPKI, dan para tokoh pemuda, seperti Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro. Tokoh-tokoh yang merumuskan teks proklamasi berada di ruang makan.
Adapun tokoh yang menulis teks proklamasi adalah Ir. Soekarno, sedangkan Drs. Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo turut mengemukakan ide-idenya secara lisan.
Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya baru selesai pukul 04.00 WIB pagi hari, tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu juga telah diputuskan bahwa teks proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pagi hari pukul 10.00 WIB.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu.
Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau 10.00 WIB telah berdatangan ke rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno itu, antara lain sebagai berikut:
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Ir. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dilanjutkan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
Suhud mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat. Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya. Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Sukarni, dr. Samsi, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, dan Mr. Sujono.
Para pemuda menyebarkan berita proklamasi melalui berbagai cara, antara lain dengan menyebar pamflet, mengadakan pertemuan, menulis pada tembok-tembok.
Teks proklamasi yang telah dirumuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 beberapa saat kemudian berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemberitaan Jepang, Domei (sekarang Kantor Berita Antara).
Sekitar pukul 18.30 WIB Wartawan Kantor Berita Domei, Syahruddin berhasil menyelundupkan teks proklamasi dan diterima oleh Kepala Bagian Radio, Waidan B. Palenewen. Teks proklamasi tersebut kemudian diberikan kepada F. Wuz, seorang markonis kantor berita tersebut untuk segera diudarakan.
Pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa segera memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan agar tidak berdampak luas. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Meskipun kantor Berita Domei disegel, para pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, seperti Sukarman, Sutamto Susiloharjo, dan Suhandar. Alat pemancar radio yang diambil dari Kantor Berita Domei sebagian dibawa ke rumah Waidan B. Palenewen dan sebagian ke Menteng 31. Di Menteng 31 itulah para pemuda merakit pemancar radio baru dengan kode panggilan WK 1. Dari pemancar radio inilah, berita proklamasi terus disiarkan.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bekerja di stasiun radio milik Jepang dan berjasa menyebarkan berita proklamasi, antara lain Maladi, Yusuf Ronodipuro, Sakti Alamsyah, dan Suryodipuro. Maladi kemudian memprakarsai pendirian Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945.
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui beberapa surat kabar. Harian Soeara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan berita proklamasi.
Para pemuda yang berjuang lewat pers, antara lain B.M. Diah, Sukarjo Wiryopranoto, lwa Kusumasumantri, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J. Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, Madikin Wonohito, Sumanang SM, Manai Sophian, dan Ali Hasyim.
Pihak pemerintah Republik Indonesia juga menugaskan kepada para gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2 September 1945 untuk segera kembali ke tempat tugasnya masing masing guna menyebarluaskan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di wilayahnya.
Tokoh tokoh tersebut, antara lain sebagai berikut.
Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.
Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Aksi mogok makin kuat ketika Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) menegaskan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan pemerintah RI. Pada hari itu juga di Jogjakarta terbit surat kabar Kedaulatan Rakyat.
Insiden itu terjadi ketika beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
Akan tetapi, di tengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon setempat di bawah pimpinan Mayor Kido). Situasi bertambah panas dengan desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk Semarang yang ada di Candi.
Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi kemudian dr. Karyadi tewas di jalan Pandanaran, Semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 Oktober 1945 pasukan Kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya.
Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pemimpin TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Kedatangan pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan Sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara Jepang.
Akibat pertempuran ini ribuan pemuda gugur dan dan ratusan orang Jepang tewas. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang.
Atas peringatan Jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil melucuti senjata tentara Jepang.
Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.
Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan ( depan markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8000 orang dengan membawa bendera merah putih.
Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan kedaulatan di Sumatra Selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.
Baca Juga : Bentuk-bentuk Pasar
Bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama, dan selama itu pulalah bangsa Indonesia mengalami penderitaan. Akibat penderitaan pada masa penjajahan tersebut mendorong timbulnya semangat untuk melepaskan diri dari penjajah.
Namun usaha untuk memperoleh kemerdekaan tersebut ternyata tidak mudah dan harus melalui berbagai rintangan dan peristiwa sejarah yang perlu dicatat dan menjadi pelajaran bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia ternyata tidak hanya cukup dengan pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi melalui berbagai tahapan dan peristiwa yang memperkokoh terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Proses yang perlu dilalui bagi terbentuknya negara antara lain Pembentukan Kelengkapan Pemerintahan, Pembentukan Alat Kelengkapan Keamanan Negara, dan lain-lain.
Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Peristiwa-peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Adapun peristiwa-peristiwa yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan antara lain:a. Jepang menyerah kepada Sekutu
Akibat pengeboman Kota Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika mengakibatkan Jepang kehilangan kekuatan, sehingga Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.Pada pertemuan di Saigon (Vietnam) tanggal 11 Agustus 1945 pukul 11.40 waktu setempat kepada para pemimpin bangsa Indonesia (Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman Wediodiningrat), Jenderal Besar Terauchi menyampaikan hal-hal berikut.
- Pemerintah Jepang memutuskan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
- Untuk melaksanakan kemerdekaan dibentuk PPKI sebagai pengganti BPUPKI.
- Pelaksanaan kemerdekaan segera dilakukan setelah persiapan selesai dilakukan dan secara berangsur-angsur dari Pulau Jawa, baru disusul oleh pulau lainnya.
- Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
- Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Docuritsu Junbi Inkai. PPKI diketuai Ir. Soekarno dan wakil ketuanya Drs. Moh. Hatta.
b. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu, bangsa Indonesia mempersiapkan dirinya untuk merdeka. Waktu yang singkat itu dimanfaatkan sebaik-baiknya.Perundinganperundingan diadakan di antara para pemuda dengan tokoh-tokoh tua, maupun di antara para pemuda sendiri. Walaupun demikian, di antara tokoh pemuda dengan golongan tua sering terjadi perbedaan pendapat, akibatnya terjadilah “Peristiwa Rengasdengklok”.
Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Hatta dan Bung Karno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur Soekarno Poetra dibawa pemuda ke Rengasdengklok, kota kawedanan di pantai utara Kabupaten Karawang, tempat kedudukan cudan (kompi) tentara Peta.
Tujuan peristiwa ini dilatarbelakangi oleh keinginan pemuda yang mendesak golongan tua untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok agar tidak terpengaruh oleh Jepang. Setelah melalui perdebatan dan di tengah-tengahi Ahmad Soebardjo, menjelang malam hari, kedua tokoh itu akhirnya kembali ke Jakarta.
Rombongan Soekarno–Hatta sampai di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 23.00 WIB). Soekarno Hatta setelah singgah di rumah masing masing, kemudian bersama rombongan lainnya menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. (tempat Ahmad Soebardjo bekerja) untuk merumuskan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Malam itu juga segera diadakan musyawarah. Tokoh tokoh yang hadir saat itu ialah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ahmad Soebardjo, para anggota PPKI, dan para tokoh pemuda, seperti Sukarni, Sayuti Melik, B.M. Diah, dan Sudiro. Tokoh-tokoh yang merumuskan teks proklamasi berada di ruang makan.
Adapun tokoh yang menulis teks proklamasi adalah Ir. Soekarno, sedangkan Drs. Mohammad Hatta dan Ahmad Soebardjo turut mengemukakan ide-idenya secara lisan.
Perumusan teks proklamasi sampai dengan penandatanganannya baru selesai pukul 04.00 WIB pagi hari, tanggal 17 Agustus 1945. Pada saat itu juga telah diputuskan bahwa teks proklamasi akan dibacakan di halaman rumah Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada pagi hari pukul 10.00 WIB.
Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945. Sejak pagi telah dilakukan persiapan di rumah Ir. Soekarno, untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu.
Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa zaman Jepang atau 10.00 WIB telah berdatangan ke rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno itu, antara lain sebagai berikut:
- Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Pengibaran bendera Merah Putih.
- Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Ir. Soekarno mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Ir. Soekarno dan didampingi Drs. Moh. Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Sesaat setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan dilanjutkan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno.
Suhud mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat. Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Bendera dinaikkan perlahan-lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya. Seusai pengibaran bendera Merah Putih acara dilanjutkan sambutan dari Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Pelaksanaan upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dihadiri oleh tokoh tokoh Indonesia lainnya, seperti Mr. Latuharhary, Ibu Fatmawati, Sukarni, dr. Samsi, Ny. S.K. Trimurti, Mr. A.G. Pringgodigdo, dan Mr. Sujono.
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Sesaat setelah teks proklamasi kemerdekaan dibacakan, berita proklamasi disebarluaskan secara cepat oleh segala lapisan masyarakat di sekitar Jakarta, terutama oleh para pemuda.Para pemuda menyebarkan berita proklamasi melalui berbagai cara, antara lain dengan menyebar pamflet, mengadakan pertemuan, menulis pada tembok-tembok.
Teks proklamasi yang telah dirumuskan pada tanggal 17 Agustus 1945 beberapa saat kemudian berhasil diselundupkan ke kantor pusat pemberitaan Jepang, Domei (sekarang Kantor Berita Antara).
Sekitar pukul 18.30 WIB Wartawan Kantor Berita Domei, Syahruddin berhasil menyelundupkan teks proklamasi dan diterima oleh Kepala Bagian Radio, Waidan B. Palenewen. Teks proklamasi tersebut kemudian diberikan kepada F. Wuz, seorang markonis kantor berita tersebut untuk segera diudarakan.
Pucuk pimpinan tentara Jepang di Jawa segera memerintahkan untuk meralat berita proklamasi dan menyatakan sebagai kekeliruan agar tidak berdampak luas. Pada tanggal 20 Agustus 1945, pemancar radio disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Meskipun kantor Berita Domei disegel, para pemuda tidak kehilangan akal. Mereka membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, seperti Sukarman, Sutamto Susiloharjo, dan Suhandar. Alat pemancar radio yang diambil dari Kantor Berita Domei sebagian dibawa ke rumah Waidan B. Palenewen dan sebagian ke Menteng 31. Di Menteng 31 itulah para pemuda merakit pemancar radio baru dengan kode panggilan WK 1. Dari pemancar radio inilah, berita proklamasi terus disiarkan.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bekerja di stasiun radio milik Jepang dan berjasa menyebarkan berita proklamasi, antara lain Maladi, Yusuf Ronodipuro, Sakti Alamsyah, dan Suryodipuro. Maladi kemudian memprakarsai pendirian Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945.
Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui beberapa surat kabar. Harian Soeara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang menyiarkan berita proklamasi.
Para pemuda yang berjuang lewat pers, antara lain B.M. Diah, Sukarjo Wiryopranoto, lwa Kusumasumantri, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J. Ratulangi, Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, Madikin Wonohito, Sumanang SM, Manai Sophian, dan Ali Hasyim.
Pihak pemerintah Republik Indonesia juga menugaskan kepada para gubernur yang telah dilantik pada tanggal 2 September 1945 untuk segera kembali ke tempat tugasnya masing masing guna menyebarluaskan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di wilayahnya.
Tokoh tokoh tersebut, antara lain sebagai berikut.
- Teuku Mohammad Hasan untuk daerah Sumatra.
- Sam Ratulangi untuk daerah Sulawesi.
- Ktut Pudja untuk daerah Nusa Tenggara.
- d. Ir. Mohammad Noor untuk daerah Kalimantan.
Sambutan Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa penting yang menunjukkan dukungan rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.a. Rapat Raksasa di Lapangan lkada
Di berbagai tempat, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan. Di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta pada tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan lkada sekarang ini terletak di sebelah selatan Lapangan Monas.Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada bagi bangsa Indonesia, antara lain sebagai berikut.
- Rapat tersebut berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
- Rapat tersebut merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.
- Menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
- Rakyat mendukung pemerintahan yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.
b. Tindakan heroik mendukung proklamasi
Usaha menegakkan kedaulatan juga terjadi di berbagai daerah dengan adanya tindakan heroik di berbagai kota yang mendukung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, antara lain sebagai berikut.1) Jogjakarta
Perebutan kekuasaan di Jogjakarta dimulai tanggal 26 September 1945 sejak pukul 10.00. WIB. Para pegawal pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melakukan aksi mogok.Mereka menuntut agar Jepang menyerahkan semua kantor kepada pihak Indonesia. Aksi mogok makin kuat ketika Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) menegaskan bahwa kekuasaan di daerah tersebut telah berada di tangan pemerintah RI. Pada hari itu juga di Jogjakarta terbit surat kabar Kedaulatan Rakyat.
2) Surabaya
Para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil merebut kompleks penyimpanan senjata Jepang dan pemancar radio di Embong, Malang. Selain itu, terjadi insiden bendera di Hotel Yamato, Tunjungan Surabaya.Insiden itu terjadi ketika beberapa orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru di atap hotel. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Rakyat kemudian menyerbu hotel, menurunkan, dan merobek warna biru bendera itu untuk dikibarkan kembali. Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945.
3) Semarang
Pada tanggal 14 Oktober 1945 para pemuda bermaksud memindahkan 400 orang tawanan Jepang (vateran Angkatan Laut) dari Pabrik Gula Cepiring menuju Penjara Bulu di Semarang.Akan tetapi, di tengah perjalanan para tawanan itu melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon setempat di bawah pimpinan Mayor Kido). Situasi bertambah panas dengan desas-desus bahwa Jepang telah meracuni cadangan air minum penduduk Semarang yang ada di Candi.
Untuk membuktikan kebenaran desas desus tersebut, dr. Karyadi sebagai Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Parusara) melakukan pemeriksaan. Namun, yang terjadi kemudian dr. Karyadi tewas di jalan Pandanaran, Semarang. Tewasnya dr. Karyadi menimbulkan kemarahan para pemuda Semarang.
Pada tanggal 15 Oktober 1945 pasukan Kidobutai melakukan serangan ke kota Semarang dan dihadapi oleh TKR dan laskar pejuang lainnya.
Pertempuran berlangsung selama lima hari dan mereda setelah pemimpin TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Kedatangan pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 juga mempercepat terjadinya gencatan senjata. Pasukan Sekutu akhirnya menawan dan melucuti tentara Jepang.
Akibat pertempuran ini ribuan pemuda gugur dan dan ratusan orang Jepang tewas. Untuk mengenang peristiwa itu, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama dr. Karyadi diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit umum di Semarang.
4) Aceh
Pada tanggal 6 Oktober 1945, para pemuda dari tokoh masyarakat membentuk Angkatan Pemuda Indonesia (API). Penguasa militer Jepang memerintahkan pembubaran organisasi itu dan para pemuda tidak boleh melakukan kegiatan perkumpulan.Atas peringatan Jepang itu, para pemuda menolak keras. Anggota API kemudian merebut dan mengambil alih kantor-kantor pemerintahan. Di tempat-tempat yang telah mereka rebut para pemuda mengibarkan bendera Merah Putih dan berhasil melucuti senjata tentara Jepang.
5) Bali
Pada bulan Agustus 1945, para pemuda Bali telah membentuk organisasi seperti Angkatan Muda Indonesia (AMI) dan Pemuda Republik Indonesia (PRI). Upaya perundingan untuk menegakkan kedaulatan RI telah mereka upayakan, tetapi pihak Jepang selalu menghambat.Atas tindakan tersebut pada tanggal 13 Desember 1945 para pemuda merebut kekuasaan dari Jepang secara serentak, tetapi belum berhasil karena persenjataan Jepang masih kuat.
6) Kalimantan
Rakyat Kalimantan juga berusaha menegakkan kemerdekaan dengan cara mengibarkan bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih, dan mengadakan rapat-rapat, tetapi kegiatan ini dilarang oleh pasukan Sekutu yang sudah ada di Kalimantan.Rakyat tidak menghiraukan larangan Sekutu, sehingga pada tanggal 14 November 1945 di Balikpapan ( depan markas Sekutu) berkumpul lebih kurang 8000 orang dengan membawa bendera merah putih.
7) Palembang
Rakyat Palembang dalam mendukung proklamasi dan menegakkan kedaulatan negara Indonesia dilakukan dengan jalan mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih pada tanggal 8 Oktober 1945 yang dipimpin oleh dr. A.K. Gani.Pada kesempatan itu diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI. Upaya penegakan kedaulatan di Sumatra Selatan tidak memerlukan kekerasan, karena Jepang berusaha menghindari pertempuran.
8) Bandung
Para pemuda bergerak untuk merebut Pangkalan Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara) dan gudang senjata dari tangan Jepang.9) Makassar
Gubernur Sam Ratulangi menyusun pemerintahan pada tanggal 19 Agustus 1945. Sementara itu, para pemuda bergerak untuk merebut gedung-gedung penting seperti stasiun radio dan tangsi polisi.10) Sumbawa
Bentrokan fisik antara pemuda dan antara Jepang terjadi di Gempe, Sape, dan Raba.11) Sumatra Selatan
Pada tanggal 8 Oktober 1945 rakyat mengadakan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Pada tanggal itu juga diumumkan bahwa Sumatra Selatan berada di bawah kekuasaan RI.12) Lampung
Para pemuda yang tergabung dalam API (Angkatan Pemuda Indonesia) melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda, dan Menggala.13) Solo
Para pemuda melakukan pengepungan markas Kempetai Jepang, sehingga terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur.Baca Juga : Bentuk-bentuk Pasar
0 Response to "Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia"
Post a Comment