Pengertian dan Cara Menanggapi pembacaan puisi lama
Berikut adalah pembahasan tentang Pengertian dan Cara Menanggapi pembacaan puisi lama, Puisi, pengertian puisi, puisi lama, periodisasi kesastraan indonesia, ciri sastra lama, sastra lama, ciri sastra baru, sastra baru, jenis-jenis sastra lama, jenis-jenis sastra klasik, pantun, contoh pantun, ciri pantun, jenis-jenis pantun, cara membaca pantun.
Baca Juga : Cara Membacakan puisi (karya sendiri) dan mengomentari pembacaan puisi baru
Puisi mengungkap perihal fikiran serta perasaan dari seseorang penyair dengan cara imajinatif. Fikiran serta perasaan penyair itu lalu disusun dengan fokus pada kekuatan berbahasa dengan struktur fisik, dan batinnya.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang memakai kata-kata yang indah serta kaya arti. Di Indonesia, puisi sebagai bentuk dari kesusastraan yang paling tua, yang terdiri dua periode, menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia. Periode itu yakni puisi classic Indonesia serta puisi moderen Indonesia. Masing-masing bisa diterangkan seperti berikut.
Puisi moderen Indonesia, dimana puisi yang dihasilkan, tanpa memerhatikan bait, irama, baris, serta rima. Puisi ini mengandung dua unsur pokok yakni susunan fisik serta susunan batin.
Susunan fisik dalam puisi moderen Indonesia, terkait dengan pilihan kata atau diksi, bhs figuratif atau majas, serta citraan atau pengimajian adalah susunan kata untuk mengungkap pengalaman dari sensoris. Sedang susunan batin dalam puisi moderen Indonesia, terkait dengan hal-hal yang akan disibakkan oleh penyair yang terkait dengan perasaan serta situasi jiwanya.
Susunan batin meliputi suara serta situasi, topik, amanat, serta perasaan. Puisi classic Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yakni bhs yang dipakai dalam puisi, terikat dengan irama, matra, rima, serta membuatannya begitu terikat dengan larik serta bait.
Pada pembelajaran terdahulu Anda telah berlatih bagaimana membaca puisi baru, baik karya sendiri maupun karya orang lain. Selain itu, Anda juga telah berlatih dengan baik bagaimana mengungkapkan pendapat atau komentar terhadap pembacaan puisi oleh temanteman.
Pada kesempatan ini Anda akan diajak untuk beralih ke puisi lama.
Berdasarkan sejarah atau waktu yang melingkupinya, sastra dibedakan atas sastra (Melayu) lama/klasik dan sastra baru. Sastra lama atau klasik berkembang pada zaman Indonesia lama.
Sebaliknya, sastra yang hidup dan berkembang dalam zaman Indonesia baru disebut sastra baru.
Tidak jelas mulai dan berakhir kapan sastra lama dan baru itu. Ada yang mendefinisikan sastra lama Indonesia sebagai sastra berbahasa Melayu yang berkembang dan tersebar di daerah berbahasa Melayu sampai sekitar abad ke-18.
Salah satu hasil pemilahan waktu (periodisasi) adalah sebagai berikut;
Satu dari sekian petunjuk perbedaan keduanya adalah ciri-ciri yang melekat pada kedua jenis sastra itu.
Secara bentuk, sastra lama/klasik mencakup jenis-jenis sebagai berikut.
Dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan diri pada puisi lama, yakni pantun. Jenis
lainnya, yaitu gurindam.
Baca Juga : Cara Membaca Puisi yang Baik dan Benar
Menanggapi pembacaan puisi lama tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat
Puisi bercerita satu kejadian yang bakal memberi makna yang mendalam untuk kehidupan seorang. Kata-kata yang tersirat dalam puisi, membuat puisi bukanlah yang menjemukan. Siapa saja bakal terasa tertarik dari tiap-tiap bait yang indah yang tertuang didalam puisi itu.Baca Juga : Cara Membacakan puisi (karya sendiri) dan mengomentari pembacaan puisi baru
Pengertian Puisi
Puisi datang dari Bhs Yunani, yakni poet yang bermakna orang yang mencipta sesuatu lewat imajinasi pribadi. Imajinasi pribadi artinya puisi adalah satu karya yang benar-benar dihasilkan oleh individu berdasar pada pengalaman sebelumnya yang pernah didapat. Puisi adalah satu diantara tipe dari teks sastra.
Puisi mengungkap perihal fikiran serta perasaan dari seseorang penyair dengan cara imajinatif. Fikiran serta perasaan penyair itu lalu disusun dengan fokus pada kekuatan berbahasa dengan struktur fisik, dan batinnya.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang memakai kata-kata yang indah serta kaya arti. Di Indonesia, puisi sebagai bentuk dari kesusastraan yang paling tua, yang terdiri dua periode, menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia. Periode itu yakni puisi classic Indonesia serta puisi moderen Indonesia. Masing-masing bisa diterangkan seperti berikut.
Puisi moderen Indonesia, dimana puisi yang dihasilkan, tanpa memerhatikan bait, irama, baris, serta rima. Puisi ini mengandung dua unsur pokok yakni susunan fisik serta susunan batin.
Susunan fisik dalam puisi moderen Indonesia, terkait dengan pilihan kata atau diksi, bhs figuratif atau majas, serta citraan atau pengimajian adalah susunan kata untuk mengungkap pengalaman dari sensoris. Sedang susunan batin dalam puisi moderen Indonesia, terkait dengan hal-hal yang akan disibakkan oleh penyair yang terkait dengan perasaan serta situasi jiwanya.
Susunan batin meliputi suara serta situasi, topik, amanat, serta perasaan. Puisi classic Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yakni bhs yang dipakai dalam puisi, terikat dengan irama, matra, rima, serta membuatannya begitu terikat dengan larik serta bait.
Pada pembelajaran terdahulu Anda telah berlatih bagaimana membaca puisi baru, baik karya sendiri maupun karya orang lain. Selain itu, Anda juga telah berlatih dengan baik bagaimana mengungkapkan pendapat atau komentar terhadap pembacaan puisi oleh temanteman.
Pada kesempatan ini Anda akan diajak untuk beralih ke puisi lama.
Apakah puisi lama itu?
Berdasarkan sejarah atau waktu yang melingkupinya, sastra dibedakan atas sastra (Melayu) lama/klasik dan sastra baru. Sastra lama atau klasik berkembang pada zaman Indonesia lama.Sebaliknya, sastra yang hidup dan berkembang dalam zaman Indonesia baru disebut sastra baru.
Tidak jelas mulai dan berakhir kapan sastra lama dan baru itu. Ada yang mendefinisikan sastra lama Indonesia sebagai sastra berbahasa Melayu yang berkembang dan tersebar di daerah berbahasa Melayu sampai sekitar abad ke-18.
Salah satu hasil pemilahan waktu (periodisasi) adalah sebagai berikut;
Satu dari sekian petunjuk perbedaan keduanya adalah ciri-ciri yang melekat pada kedua jenis sastra itu.
Secara bentuk, sastra lama/klasik mencakup jenis-jenis sebagai berikut.
Dalam kesempatan ini kita akan memfokuskan diri pada puisi lama, yakni pantun. Jenis
lainnya, yaitu gurindam.
1. Pantun
Contoh:
Buah ara, batang dibantun,
Mari dibantun dengan parang.
Hai saudara dengarlah pantun,
Pantun tidak mengata orang.
2. Ciri-ciri pantun
- Terdiri atas 4 larik sebait.
- Tiap larik antara 8 – 12 suku kata.
- Bersajak ab ab.
- Larik 1 dan 2 adalah sampiran; larik 3 dan 4 merupakan isi/maksud.
3. Jenis-jenis pantun
- pantun kanak-kanak: ( meliputi pantun sukaria, pantun dukacita)
- pantun muda
- pantun dagang
- pantun perhubungan (meliputi: pantun berkenalan, pantun berkasihan, pantun perceraian/perpisahan, pantun beriba hati)
- pantun jenaka
- pantun tua (meliputi pantun nasihat, pantun adat, pantun agama)
Bagaimana cara membaca pantun?
Agar pembacaan pantun dapat dinikmati, maka pembaca harus memerhatikan:- lafal (ucapan),
- intonasi (lagu kalimat), dan
- ekspresi wajah (mimik).
Baca Juga : Cara Membaca Puisi yang Baik dan Benar
0 Response to "Pengertian dan Cara Menanggapi pembacaan puisi lama"
Post a Comment