Cara Membacakan puisi (karya sendiri) dan mengomentari pembacaan puisi baru
Berikut ini adalah artikel yang menjelaskan tentang Membacakan puisi karya sendiri, mengomentari pembacaan puisi baru, Pengertian puisi Membaca puisi, menjelaskan puisi, syarat puisi, Syarat Utama Pembacaan Puisi, Contoh Puisi, Puisi Matahari, puisi karya Bakdi Soemanto, Tonggak 3, hlm. 90, puisi karya Bakdi Soemanto, Membaca puisi karya sendiri, Bagaimana cara menulis puisi?, cara menulis puisi, Menulis puisi keinginan, Menulis puisi simile, Menulis puisi fantasi.
Anda diharapkan dapat membaca puisi baru, baik karya sendiri maupun orang lain serta mengomentari pembacaan puisi baru tentang lafal, intonasi, dan ekspresinya.
penjelasan dalam bentuk bagan di bawah ini.
lafal, volume, intonasi, ekspresi, dan gestur.
1. Lafal : cara membunyikan atau mengucapkan huruf (bagaimana mengucapkan, misalnya huruf f, v, p, z, j, dan sebagainya).
2. Volume suara : tingkat kenyaringan atau kekuatan bunyi atau suara.
3. Intonasi : lagu kalimat, perubahan nada pengucapan tuturan (kata, frasa, klausa, kalimat) yang menimbulkan makna/arti/informasi. Dalam bahasa tulis, intonasi diwakili oleh tanda baca (pungtuasi).
4. Ekspresi : perubahan atau pandangan air muka (raut wajah) untuk memperlihatkan perasaan tertentu.
5. Gestur : gerak anggota tubuh (tangan, kaki, kepala, dan sebagainya) untuk memperkuat kesan tertentu atau untuk mengungkapkan perasaan.
Di samping hal-hal tersebut, pembacaan puisi hendaknya didahului kegiatan memberi
tanda bantu pada puisi sehingga pembacaannya tidak keliru atau menyimpang dari rencana.
Tanda-tanda yang lazim digunakan dan bisa/boleh dikreasi sendiri, antara lain,
Matahari terbit,
Matahari tenggelam
Di hatiku, engkau tidak pernah terbit
dan tidak pernah pula tenggelam
Karena engkau adalah cahaya,
adalah tenaga
yang membuat jantungku berdegup
selama hayat masih dikandung badan
Tetapi siapakah engkau?
Yang mengusik di tengah malam
dalam lelap tidurku,
yang membuatku terjaga
dan mataku terbuka
untuk melihat yang tidak tampak
di siang yang benderang;
yang membuatku terjaga
dan telingaku terbuka
untuk mendengar yang tidak terdengar
di hiruk-pikuk dan hingar-bingar?
Adakah engkau detak kehidupan
yang mendegupkan jantung harapan
di tengah sejarah yang muram:
manusia yang menyimpan senjata genggam
ketika berjabat tangan?
Anda diharapkan dapat membaca puisi baru, baik karya sendiri maupun orang lain serta mengomentari pembacaan puisi baru tentang lafal, intonasi, dan ekspresinya.
Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk sastra yang memperhatikan pilihan kata dan kepaduan bunyi. Sebuah puisi, jika dibacakan dengan indah dan penuh penghayatan, merupakan sebuah penampilan seni yang menarik.1. Membaca puisi
Berpuisi? Dalam bentuk menulis tentu Anda sudah sangat akrab, bukan? Hampir pada setiap kesempatan, utamanya bagi mereka yang sedang tertarik kepada seseorang, puisi menjadi media penyaluran perasaan dan pikiran yang paling dominan. Bagaimana dengan membaca puisi? Rasanya masih sangat sedikit yang mencoba mengakrabinya. Padahal, puisi idealnya dinikmati melalui pembacaan. Bagaimana membaca puisi dengan baik dan menarik?Ikutilah penjelasan berikut ini!
Sebenarnya, apresiasi terhadap puisi dapat ditempuh dengan berbagai bentuk. Perhatikanpenjelasan dalam bentuk bagan di bawah ini.
Syarat Utama Pembacaan Puisi
Pembacaan atau pendeklamasian puisi mengutamakan kejelasan, ketepatan, dan keakuratanlafal, volume, intonasi, ekspresi, dan gestur.
1. Lafal : cara membunyikan atau mengucapkan huruf (bagaimana mengucapkan, misalnya huruf f, v, p, z, j, dan sebagainya).
2. Volume suara : tingkat kenyaringan atau kekuatan bunyi atau suara.
3. Intonasi : lagu kalimat, perubahan nada pengucapan tuturan (kata, frasa, klausa, kalimat) yang menimbulkan makna/arti/informasi. Dalam bahasa tulis, intonasi diwakili oleh tanda baca (pungtuasi).
4. Ekspresi : perubahan atau pandangan air muka (raut wajah) untuk memperlihatkan perasaan tertentu.
5. Gestur : gerak anggota tubuh (tangan, kaki, kepala, dan sebagainya) untuk memperkuat kesan tertentu atau untuk mengungkapkan perasaan.
Di samping hal-hal tersebut, pembacaan puisi hendaknya didahului kegiatan memberi
tanda bantu pada puisi sehingga pembacaannya tidak keliru atau menyimpang dari rencana.
Tanda-tanda yang lazim digunakan dan bisa/boleh dikreasi sendiri, antara lain,
Contoh Puisi
Matahari
Matahari tenggelam
Di hatiku, engkau tidak pernah terbit
dan tidak pernah pula tenggelam
Karena engkau adalah cahaya,
adalah tenaga
yang membuat jantungku berdegup
selama hayat masih dikandung badan
Tetapi siapakah engkau?
Yang mengusik di tengah malam
dalam lelap tidurku,
yang membuatku terjaga
dan mataku terbuka
untuk melihat yang tidak tampak
di siang yang benderang;
yang membuatku terjaga
dan telingaku terbuka
untuk mendengar yang tidak terdengar
di hiruk-pikuk dan hingar-bingar?
Adakah engkau detak kehidupan
yang mendegupkan jantung harapan
di tengah sejarah yang muram:
manusia yang menyimpan senjata genggam
ketika berjabat tangan?
Bakdi Soemanto, Tonggak 3, hlm. 90
2. Membaca puisi karya sendiri
Bagaimana rasanya berkesempatan membacakan puisi karya sendiri di depan kelas?
Pasti menyenangkan dan membanggakan. Siapa tahu Anda akan mendapat tepuk tangan meriah dari teman-teman. Bayangkan saja mereka adalah jelmaan ribuan penonton dan Anda sedang membaca puisi di atas panggung yang megah!
Bagaimana cara menulis puisi?
Marilah kita melaksanakan pelatihan penulisan puisi bersama-sama dengan mengikuti petunjuk yang pernah disampaikan oleh Taufik Ismail, seorang penyair terkenal Indonesia. I
ngat! Menulis puisi dapat dilaksanakan dengan memulai dari segala hal yang dekat dengan Anda: mimpi, keinginan, bunyi, simile, alam, fantasi (tak masuk akal), metafora, menjelma hewan, menjelma benda, dan sebagainya. Bahkan, menulis puisi dapat dilakukan dengan mengambil ide/ilham dari musik.
Ikutilah setiap petunjuk berikut!
1. Menulis puisi yang menggambarkan keinginan.
- Setiap siswa menulis puisi sebanyak lima baris.
- Setiap baris dimulai dengan Aku ingin.
- Dalam puisi itu terkandung sebuah warna, seorang manusia ( boleh nama), sebuah tempat (jalan, desa, kota, negara, benua, dan sebagainya).
- Waktu yang disediakan lima menit. Kertas kerja kemudian dikumpulkan kepada guru untuk dibacakan (dipilih acak atau diseleksi). Setelah selesai diberi judul yang menarik.
Contoh:
Aku ingin jadi petinju yang dapat memukul siapa pun yang ada di depanku ketika di atas ringAku ingin jadi angin yang dengan mudah menghamburkan kapas-kapas putihAku ingin jadi pulau yang dapat menyelamatkan sekaligus membenamkan Napoleon dan seterusnya
2. Menulis puisi yang mengandung simile.
- Setiap siswa menulis puisi sebanyak 6 – 8 baris.
- Setiap baris mengandung simile (perbandingan tak langsung) dengan kata-kata bagaikan, dan mirip.
Contoh:
Gemuruh ombak seperti desah petani yang gabahnya dibeli murahAngin seperti hendak menerbangkan gunung-gunung ke angkasaDi sini, gemercik air pancuran sendang mirip canda ibu-ibu penjual sayur. (dan seterusnya)
3. Menulis puisi dengan fantasi (tidak masuk akal).
- Siswa menulis puisi sebanyak 8 – 10 baris.
- Puisi dimulai dengan kata kutemukan.
- Dalam puisi tersebut dimasukkan unsur warna, hewan atau benda, dan alam.
Contoh:
Kutemukan sapi memanjat pohon kelapa yang mulai menghitamPohon itu terkekeh-kekeh kegelianTak lama seekor kuda sumbawa mengirimkan surat undangan pesta pernikahan si sapiApa yang terjadi? Sapi justru semakin meninggi seakan hendak meraih awan.(dan seterusnya)
4. Bacalah puisi-puisi Anda tersebut di depan kelas. Adakan penilaian seperti biasa!
5. Sampaikan tanggapan Anda secara lisan di depan kelas!
6. Hasil akhir puisi disatukan menjadi kumpulan puisi. Jangan lupa memberi judul kumpulan
puisinya, kata pengantar, daftar isi, dan persembahan. Sumbangkan ke perpustakaan!
Sediakan arsip satu di kelas karena pada pembelajaran kemampuan bersastra selanjutnya akan dijadikan bahan berlatih membaca puisi. Akan lebih baik jika setiap siswa memiliki salinan satu jilid.
Pembacaan puisi mengharuskan adanya kejelasan, ketepatan, dan keakuratan lafal, volume, intonasi, ekspresi/mimik, dan gestur.
0 Response to "Cara Membacakan puisi (karya sendiri) dan mengomentari pembacaan puisi baru"
Post a Comment